KUKAR – Dalam upaya menjaga warisan budaya dan sejarah lokal, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) mengambil langkah progresif terhadap Jembatan Besi, salah satu infrastruktur ikonik yang telah berdiri kokoh hampir satu abad.
Keputusan untuk tidak merehabilitasi jembatan demi menjaga nilai historisnya menjadi cerminan kebijakan yang bijak dan berwawasan budaya.
Bupati Kukar, Edi Damansyah menegaskan pelestarian Jembatan Besi sebagai Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) merupakan bentuk penghormatan terhadap akar sejarah masyarakat Tenggarong. “Kita tidak melupakan akar sejarah, tidak mengabaikan nilai budaya. Justru kita mencari jalan tengah yang adil dan bijaksana,” tuturnya, Senin (21/4/2025).
Sebagai jembatan peninggalan era kolonial, Jembatan Besi tidak hanya menyimpan nilai teknis arsitektur klasik, tetapi juga menjadi saksi bisu perkembangan kota Tenggarong dari masa ke masa. Jembatan ini merupakan bagian dari memori kolektif warga dan simbol kebanggaan daerah.
Pemkab Kukar kini tengah mengkaji lebih dalam status Jembatan Besi bersama para ahli cagar budaya. “Hal ini dilakukan untuk memastikan perlindungan yang sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yang mewajibkan pelestarian aset sejarah dengan penuh tanggung jawab,” ucapnya.
Alih fungsi Jembatan Besi menjadi jembatan pejalan kaki merupakan solusi visioner. Dengan cara ini, jembatan tetap bisa digunakan dan dinikmati masyarakat, tanpa harus mengorbankan nilai sejarah yang melekat di dalamnya. Ini membuktikan bahwa pelestarian tidak harus berarti stagnasi, melainkan inovasi yang berakar pada masa lalu.
Keputusan ini juga membuka peluang baru dalam pengembangan wisata heritage di Tenggarong. Jembatan Besi bisa dijadikan destinasi wisata sejarah dan budaya, lengkap dengan narasi visual dan edukatif yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Kebijakan ini mencerminkan wajah pemerintah daerah yang tidak hanya progresif dalam pembangunan, tetapi juga arif dalam menjaga jati diri daerah. Dengan langkah ini, Tenggarong mengukuhkan dirinya sebagai kota yang tumbuh tanpa kehilangan akar sejarahnya.







