Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Dispar Kukar Petakan Desa Pelestari Budaya, Dorong Festival Berbasis Komunitas

Iklan

TENGGARONG – Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mulai melakukan pemetaan terhadap desa-desa yang masih aktif melestarikan tradisi dan budaya lokal. Langkah ini menjadi bagian dari strategi pemerintah daerah dalam memperkuat identitas budaya sekaligus mengembangkan potensi pariwisata berbasis komunitas.

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dispar Kukar, Arianto, menyebutkan bahwa desa memiliki peran penting sebagai ruang hidup bagi budaya dan tradisi yang otentik. Oleh karena itu, pelestarian budaya harus dimulai dari tingkat desa dengan melibatkan langsung masyarakat sebagai pelaku utama.

“Desa adalah benteng terakhir pelestarian budaya. Kami tengah memetakan desa-desa yang masih aktif menjaga warisan budayanya, agar ke depan bisa difasilitasi melalui festival budaya berbasis desa,” ujar Arianto, Rabu (9/7/2025).

Sebagai contoh, Arianto menyoroti inisiatif Desa Bukit Raya di Kecamatan Tenggarong Seberang yang baru saja merayakan Hari Ulang Tahun ke-45 dengan menggelar berbagai pertunjukan seni dan budaya. Acara tersebut menampilkan hiburan lokal hingga pertunjukan Wayang Kulit—seni tradisional yang mulai langka di sejumlah daerah.

“Langkah seperti ini sangat membanggakan. Mereka mampu melestarikan budaya tanpa bergantung pada proyek-proyek besar. Ini bukti nyata kekuatan komunitas,” kata Arianto.

Ke depan, Dispar Kukar mendorong agar festival budaya semacam itu tidak hanya bersifat seremonial atau musiman, tetapi menjadi agenda rutin yang terjadwal. Tujuannya tak hanya memperkenalkan kekayaan budaya lokal, tetapi juga membuka ruang partisipasi bagi generasi muda, seniman desa, dan pelaku ekonomi kreatif di wilayah tersebut.

Menurut Arianto, potensi budaya yang dimiliki desa merupakan modal sosial yang besar. Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk hadir, memberikan dukungan dan fasilitasi agar upaya pelestarian tersebut berkembang secara berkelanjutan.

“Sudah saatnya pelestarian budaya tidak hanya bergantung pada momentum perayaan hari besar. Harus ada agenda berkala yang mendorong seni dan tradisi tetap hidup, terutama di tengah gempuran budaya modern,” pungkasnya.

Melalui pendekatan berbasis komunitas ini, Pemkab Kukar berharap lahirnya festival budaya desa dapat menjadi magnet baru dalam peta pariwisata daerah, sekaligus memperkuat jati diri masyarakat Kukar dalam menjaga nilai-nilai budaya leluhur.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *