Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Pelatihan Pembuatan Brotowali sebagai Obat Cacing untuk Meningkatkan Produktivitas Sapi di Kampus IV Unkhair

Iklan

Bangko – Dalam upaya meningkatkan kesehatan ternak dan produktivitas sapi di kalangan peternak lokal, Fakultas Pertanian Universitas Khairun (Unkhair) melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) menyelenggarakan pelatihan bertema “Pelatihan Pembuatan Brotowali sebagai Obat Cacing untuk Meningkatkan Produktivitas Sapi di Kampus IV Unkhair”.

Kegiatan ini berlangsung di sekitar Kampus IV Unkhair, Dusun Bangko, Desa Bobaneigo Madihutu, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Tim dosen yang terlibat antara lain drh. Sri Wahyuni, M.Si., Sri Lestari, S.Pt., M.P., serta mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Khairun.

Pelatihan ini bertujuan memperkenalkan pemanfaatan brotowali (Tinospora crispa) sebagai alternatif obat cacing alami yang ramah lingkungan, mudah dibuat, dan terjangkau bagi peternak. Selama ini, obat cacing kimiawi sulit dijangkau sebagian besar peternak, khususnya di daerah terpencil, karena harganya relatif mahal dan ketersediaannya terbatas. Sering kali peternak harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkannya. Melalui pemanfaatan tanaman lokal seperti brotowali, peternak diharapkan lebih mandiri dalam menjaga kesehatan ternak, mengurangi biaya pengobatan, serta meningkatkan produktivitas sapi secara berkelanjutan.

Dalam sambutannya, Ketua Tim Pengabdian drh. Sri Wahyuni, S.KH., M.Si., menjelaskan bahwa cacingan merupakan salah satu masalah utama yang menurunkan performa sapi, baik dari sisi pertumbuhan maupun produktivitas.

“Pemanfaatan tanaman herbal lokal seperti brotowali dapat menjadi solusi berkelanjutan, terutama bagi peternak kecil di daerah yang sulit mengakses obat kimiawi,” ujarnya.

Peserta pelatihan tidak hanya mendapat materi, tetapi juga praktik langsung membuat obat herbal dari brotowali. Prosesnya meliputi identifikasi tanaman, pencucian batang hingga bersih, pemotongan kecil-kecil agar mudah dikeringkan, lalu penjemuran di bawah sinar matahari selama 1–2 hari hingga kering. Setelah kering, batang dapat ditumbuk atau dihancurkan menggunakan food processor atau chopper. Serbuk yang dihasilkan bisa dimasukkan ke kapsul agar sapi tidak merasakan pahit, atau dicampur dengan air dan diberikan menggunakan alat cekok atau drench gun sesuai dosis dan berat badan sapi.

Salah satu peternak peserta, Hasan (45), mengaku antusias dengan pelatihan ini.

“Selama ini kami hanya tahu brotowali pahit dan biasa dipakai untuk jamu manusia. Ternyata bisa juga untuk sapi. Kalau ini berhasil, tentu sangat membantu kami di lapangan,” ungkapnya.

Kegiatan ini menjadi bukti nyata komitmen Fakultas Pertanian Unkhair dalam mendukung pertanian berkelanjutan sekaligus memberdayakan masyarakat lokal. Melalui pendekatan berbasis kearifan lokal, diharapkan tercipta solusi yang relevan, berkelanjutan, serta mampu memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat.

Program Pengabdian kepada Masyarakat ini mendapat dukungan penuh dari Fakultas Pertanian Universitas Khairun tahun 2025. Melalui pelatihan ini, para peternak diharapkan mampu memproduksi sendiri obat cacing alami yang aman, efektif, dan berpotensi meningkatkan produktivitas ternak mereka secara signifikan.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *