Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

TBC Masih Jadi Ancaman, Kukar Perkuat Deteksi Dini dengan Teknologi dan Kolaborasi Lintas Sektor

Iklan

Kukar – Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu beban kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian serius, termasuk di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). 

Meski telah terjadi berbagai kemajuan, kasus TBC tetap muncul setiap tahun. Untuk menekan angka penyebaran, Pemerintah Kabupaten Kukar terus melakukan berbagai terobosan, mulai dari skrining massal, pemanfaatan teknologi digital, hingga kerja sama lintas sektor.

Kepala Bidang Pemberantasan, Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Kukar, Supriyadi, menegaskan bahwa pihaknya terus menggencarkan deteksi dini melalui skrining TBC tahunan. Kegiatan ini bukan hanya memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), tapi juga menjadi langkah penting menuju eliminasi TBC nasional tahun 2030.

“Kami di Kukar melakukan skrining secara masif. Upaya ini tidak main-main, karena TBC adalah penyakit menular yang jika tidak ditangani bisa menyebar luas melalui udara,” ungkapnya.

Salah satu indikator keseriusan Pemkab Kukar terlihat dari alokasi anggaran yang besar untuk pengadaan alat, bahan medis habis pakai (BMHP), serta perluasan layanan Tes Cepat Molekular (TCM). Hingga kini, mayoritas puskesmas di Kukar telah dilengkapi TCM, yang memungkinkan pemeriksaan lebih cepat dan akurat dibanding metode konvensional. Meski lima puskesmas masih belum memiliki alat ini, layanan tetap bisa dilakukan melalui jaringan rujukan ke fasilitas lain.

“Dengan TCM, hasil lebih cepat diketahui. Ini sangat penting agar penderita segera mendapatkan pengobatan dan penularan bisa dihentikan sejak dini,” jelasnya.

Inovasi lainnya adalah penerapan sistem pelaporan digital bernama X-Reportable, yang memungkinkan pemantauan kasus TBC secara real-time. Teknologi ini juga bisa digunakan untuk pelaporan penyakit tidak menular, sehingga efisiensi dalam pelayanan kesehatan meningkat secara signifikan.

Tidak berhenti pada aspek teknis, Dinas Kesehatan juga memperkuat kolaborasi dengan lembaga seperti Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). Di Kukar, lembaga ini diketuai oleh Wakil Bupati, yang turut mempercepat edukasi masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan pengobatan tuntas.

Namun demikian, tantangan masih ada. Hingga pertengahan 2025, baru tercatat 491 kasus dari target tahunan sebanyak 2.809 kasus. Artinya, masih banyak penderita yang belum terjangkau layanan. Tahun ini, Dinkes Kukar menargetkan skrining terhadap 24.272 orang terduga TBC. Padahal, biaya per pemeriksaan mencapai Rp200.000 hingga Rp250.000 per orang.

“Ini menunjukkan komitmen serius Pemkab Kukar. Pemeriksaan gratis untuk ribuan warga tentu memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Tapi ini adalah investasi jangka panjang bagi kesehatan masyarakat,” pungkasnya.

Upaya ini menegaskan bahwa Kukar tidak tinggal diam menghadapi TBC. Melalui pendekatan sistematis, kolaboratif, dan berbasis teknologi, Kukar menempatkan kesehatan masyarakat sebagai prioritas utama. Jika strategi ini terus konsisten, Kukar bisa menjadi salah satu daerah percontohan dalam eliminasi TBC di Indonesia.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *